Menulis sebagai Self Healing
Assalammualaikum,
Apa kabar semua? Masih melakukan kegiatan yang sama selama WFH ini? atau sudah menemukan banyak kegiatan baru penambah semangat? Semoga Allah masih memberi banyak kesabaran untuk kita semua ya.
Oiya, selama suami WFH dan anak-anak SFH, saya merasa waktu 24 jam berjalan begitu cepat. WFH malah membuat lebih produtif karena siap oncall 24/7, ngga ada waktu terbuang untuk menempuh jarak dari rumah ke kantor, asal kan jangan sampai lupa sama ibadah dan hak pekerja untuk beristirahat, karena memang sangat melelahkan, tidak ada jam kerja yang tetap. Harus sedia kapan saja.
Untuk ibu rumah tangga seperti sayapun begitu, ketika bangun di subuh hari mulai berkegiatan dari menyiapkan sarapan, kebutuhan anak-anak SFH, mendampingi mereka, menyiapkan camilan, makan siang, makan malam, hingga membacakan kisah sebelum tidur. Ditambah tugas sekolah dan membuat kegiatan di rumah agar anak-anak tetap nyaman di rumah. Rutinitas seperti itu berulang hingga 3 bulan terakhir. Alhamdulillah harus dinikmati.
Namun saya yakin para ibu pasti merasa capek, belum lagi ibu bekerja yang harus tetap mengerjakan pekerjaannya. Suami yang juga sibuk bekerja tentunya membuat kualitas berkomunikasi tidak berjalan lancar, tadinya tidak menjadi kekhawatiran yang berarti, tapi terasa saat pandemic ini, karena biasanya diwaktu-waktu menunggu anak pulang sekolah, atau istirahat di tempat bekerja, kita masih bisa berbincang dengan kawan. Walaupun hanya sekedar berbasa basi, tapi itu sudah sangat cukup untuk me-refresh sistem "kewarasan" dari rutinitas. tidak dapat dipungkiri kebutuhan berbicara wanita dalam sebuah penelitian menunjukkan hingga 20.000 kata. Dan kita butuh itu!
Jangan disepelekan masalah memendam kata ini, bisa jadi tidak memiliki teman bercerita sebagai penyebab tingkat stress kita meningkat, mudah putus asa atau tidak percaya diri. Sebagai wanita pasti pernah merasakan, beberapa orang melampiaskannya dengan membuat kegiatan sendiri, sebagian lain berkarya, dan mungkin yang masih bingung, cobalah menulis. Kembali seperti saat masa anak-anak atau remaja. Menulis dibuku diary, di blog, atau sosial media dengan catatan buatlah kata-kata untuk menyemangati, memotivasi diri sendiri hingga membuat orang lain pun ikut terbangkitkan semangatnya. Jadilah contoh yang baik untuk diri sendiri dulu, karena apa yang kita lakukan saat ini gambaran dari masa depan yang akan kita dapatkan.
Menulis akan menjadi teman setia, yuk kita mulai lagi menulis :)
Apa kabar semua? Masih melakukan kegiatan yang sama selama WFH ini? atau sudah menemukan banyak kegiatan baru penambah semangat? Semoga Allah masih memberi banyak kesabaran untuk kita semua ya.
Oiya, selama suami WFH dan anak-anak SFH, saya merasa waktu 24 jam berjalan begitu cepat. WFH malah membuat lebih produtif karena siap oncall 24/7, ngga ada waktu terbuang untuk menempuh jarak dari rumah ke kantor, asal kan jangan sampai lupa sama ibadah dan hak pekerja untuk beristirahat, karena memang sangat melelahkan, tidak ada jam kerja yang tetap. Harus sedia kapan saja.
Untuk ibu rumah tangga seperti sayapun begitu, ketika bangun di subuh hari mulai berkegiatan dari menyiapkan sarapan, kebutuhan anak-anak SFH, mendampingi mereka, menyiapkan camilan, makan siang, makan malam, hingga membacakan kisah sebelum tidur. Ditambah tugas sekolah dan membuat kegiatan di rumah agar anak-anak tetap nyaman di rumah. Rutinitas seperti itu berulang hingga 3 bulan terakhir. Alhamdulillah harus dinikmati.
Namun saya yakin para ibu pasti merasa capek, belum lagi ibu bekerja yang harus tetap mengerjakan pekerjaannya. Suami yang juga sibuk bekerja tentunya membuat kualitas berkomunikasi tidak berjalan lancar, tadinya tidak menjadi kekhawatiran yang berarti, tapi terasa saat pandemic ini, karena biasanya diwaktu-waktu menunggu anak pulang sekolah, atau istirahat di tempat bekerja, kita masih bisa berbincang dengan kawan. Walaupun hanya sekedar berbasa basi, tapi itu sudah sangat cukup untuk me-refresh sistem "kewarasan" dari rutinitas. tidak dapat dipungkiri kebutuhan berbicara wanita dalam sebuah penelitian menunjukkan hingga 20.000 kata. Dan kita butuh itu!
Jangan disepelekan masalah memendam kata ini, bisa jadi tidak memiliki teman bercerita sebagai penyebab tingkat stress kita meningkat, mudah putus asa atau tidak percaya diri. Sebagai wanita pasti pernah merasakan, beberapa orang melampiaskannya dengan membuat kegiatan sendiri, sebagian lain berkarya, dan mungkin yang masih bingung, cobalah menulis. Kembali seperti saat masa anak-anak atau remaja. Menulis dibuku diary, di blog, atau sosial media dengan catatan buatlah kata-kata untuk menyemangati, memotivasi diri sendiri hingga membuat orang lain pun ikut terbangkitkan semangatnya. Jadilah contoh yang baik untuk diri sendiri dulu, karena apa yang kita lakukan saat ini gambaran dari masa depan yang akan kita dapatkan.
Menulis akan menjadi teman setia, yuk kita mulai lagi menulis :)
Komentar
Posting Komentar