Jenis Buku Apa yang Kalian Sukai?
Apa yang kita baca memang akan mempengaruhi bagaimana kita berfikir, bersikap, dan berbicara. Mamah salah satu orang yang mempengaruhi saya untuk mencintai buku, membaca adalah sahabat terbaik sedari kecil. Berawal dari majalah "Bobo" lalu terlalu sering mempertanyakan akan perbedaan agama, maka mamah memilih untuk memperkuat iman Islam anaknya dengan beralih berlangganan majalah "Aku Anak Saleh', masih adakah majalah itu?
Saya tumbuh bersama buku, kebetulan kedua orang tua aktif bekerja, maka fairy tale disney, kisah-kisah legenda di Nusantara, kisah-kisah nabi (pada saat itu hanya kumpulan sedikit kisah tidak seperti sekarang dijual dengan sangat baik dan detail, khusus untuk anak), hingga sewaktu SD dikenalkanlah oleh mamah novel seri "Harry Potter". Mereka adalah peyelamat dikala disengat rasa kesendirian. Tak hanya sampai situ diusia masih belasan banyak roman sastra yang mempengaruhi jenis buku yang saya baca, ketika teman-teman asik membaca novel romansa remaja atau chicken soup, saya lebih asik membaca novel di zaman perjuangan, seperti Atheis dan Para Priyayi.
Maka untuk novel romansa saya lebih menyenangi karya Dee Lestari, bahasa dan sastra yang begitu apik membuat saya mengagumi karyanya, tak lupa Andrea Hirata, mungkin next saya akan mencoba untuk membaca karya Tere Liye. Entah kenapa saya menyukai novel yang membuat semangat lebih menggebu, contoh karya-karya Pramoedya Ananta Toer yang membuat imajinasi ini ikut berselancar pada tahun-tahun di masa perjuangan pergerakan pemuda Indonesia. Saya ikut termotivasi dengan hanya membaca karya seseorang, pemuda ternyata punya bagian penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kemudian saya tertarik dengan karya dari Eka Kurniawan, isi novel fiksi yang eksentrik membuat kita ikut terbawa dengan carut marutnya kondisi Indonesia pada saat itu. Juga saya mencoba membaca novel Helen dan Sukanta dari Pidi Baiq.
Ketimpangan kehidupan, ketidak adilan, perbedaan "kasta" atau kedudukan dari kelompok masyarakat membuat seseorang berani menyampaikan pemikirannya dalam sebuah karya sastra. Dari berbagai persfektif pola pikir seseorang akan menjadi luas. Hidup ini tak melulu hanya diri sendiri dan keluarga, tapi ada manusia-manusia lain yang harus merasakan keadilan yang sama. Hanya karena kehidupan pribadi dan keluarga aman tidak menjadikan kita mengabaikan kehidupan orang lain.
Maka bersyukurlah kini zaman menjadi lebih digital, dapat mengakses banyak hal dengan sangat mudah, ambil hal yang dimaksud itu adalah suatu kebaikan. Beruntunglah saya dipertemukan dengan buku-buku, kajian ilmu yang menjelaskan bagaimana fungsi dan tujuan Tuhan menciptakan manusia. Berbahagialah saya ternyata hakikat kehidupan yang adil sudah termaktub dalam firman-firman Tuhan. Apa yang sedari usia belasan awal banyak hal yang dipertanyakan terjawab sudah setelah menyelami lima tahun membaca tentang tokoh besar bernama Muhammad dan mengikuti kajian ilmu. Baru secuil ilmu, namun begitu mengakar iman ini begitu terasa. Ditambah kisah para sahabat-sahabatnya, belum lagi para pemuda yang perkasa dan menyebarkan panji Rahmatan Lilalamin seperti Salahuddin Al-ayyubi dan Al-Fatih. Menjalar hingga ke Nusantara para penggerak pemuda Hos Tjokroaminoto, Jend. Soedirman, Buya Hamka dan masih banyak lagi. Mereka bukan hanya tokoh-tokoh fiksi yang selama ini saya baca. Mereka merupakan tokoh nyata yang begitu Masya Allah dekat dengan sejarah kita.
Membaca memang mengubah sudut pandang. Jadi buku apa yang sudah kalian baca hari ini?
Komentar
Posting Komentar